![]() |
Publikasi gambar oleh : http://www.moonconnection.com |
REPUBLIKA.CO.ID, ''Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang
tak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.'' (Al-Hadis).
Editor oleh : republka.co.id
Suatu hari,
dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW berkisah kepada para sahabat tentang
seorang seorang yang saleh dari Bani Israil. Orang tersebut menghabiskan
waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah
itu, para sahabat merasa iri, karena tak bisa memiliki kesempatan untuk
beribadah selama itu.
Usia umat Nabi
Muhammad SAW memang lebih pendek dari umat terdahulu. Dalam riwayat lainnya
disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah merenungi hal itu. Nabi SAW pun
bersedih, karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat
terdahulu.
''Dengan penuh
kasih sayang yang tak terhingga, Allah SWT lalu mengaruniakan Lailatul Qadar
kepada umat Nabi Muhammad SAW,'' ungkap Maulana Muhammad Zakariyya
Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha'il Ramadhan. Menurutnya, Lailatul Qadar
adalah suatu malam karunia Allah yang sangat besar kebaikan dan keberkahannya.
Lalu apa
sebenarnya Lailatul Qadar itu? Dr HM Muchlis Hanafi, pakar tafsir
dari Universitas Al Azhar Mesir, mengungkapkan, Lailatul Qadar berarti malam
yang penuh dengan kemuliaan. Pada malam itu, kata dia, diturunkan Alquran
yang memiliki kemuliaan, melalui seorang malaikat yang juga sangat mulia dan
diterima seorang nabi yang juga sangat mulia.
''Qadar
juga bisa bermakna ukuran. Ukuran segala sesuatu itu ditetapkan pada
malam itu, rezeki seseorang, apakah dia bahagia atau tidak? Sampai setahun ke
depan ditetapkan pada malam itu,'' tutur Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ)
itu.
Menurut Muchlis, Lailatul Qadar memiliki sejumlah keistimewaan. Betapa tidak.
Pada malam itu, Alquran diturunkan. Selain itu, Lailatul Qadar itu lebih baik
dari 1.000 bulan. Pada malam itu, kata dia, para malaikat dan Ar-ruh
(yang dimaksud adalah Malaikat Jibril) turun ke bumi.
''Para
malaikat itu turun dengan membawa rahmat dan keberkahan,'' ujarnya. Yang tak
kalah penting, malam yang istimewa itu membawa kedamaian, rasa aman kepada
siapa saja yang menjumpainya sampai terbit fajar.
Dalam sebuah
riwayat, papar dia, yang dimaksud fajar adalah terbit fajar di keesokan
harinya. Tapi hatta mathla'il fajr, berarti sampai tiba saatnya fajar
kehidupannya yang baru di akhirat nanti.
Lalu adakah
ciri-ciri akan datangnya Lailatul Qadar? Menurut Muchlis, tanda-tanda fisik
seperti yang populer di kalangan masyarakat bahwa malam itu tenang, angin
sepoi-sepoi, kemudian matahari di keesokan harinya berawan dan tidak terlalu
panas, riwayat-riwayatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.
''Tanda-tanda
fisik semacam itu secara logika, juga sulit diterima. Karena, sangat relatif,
tergantung musim. Kalau musim hujan, ya, pasti mendung, apalagi dengan
perubahan iklim sekarang. Jadi, tanda-tanda fisik itu tidak bisa dijadikan
ukuran. Tanda yang pasti adalah salaamun hiya hatta mathla'il fajr,'' paparnya.
Yang pasti,
kata dia, salah satu tanda yang pasti dari Lailatul Qadar adalah
orang selalu merasa damai, selalu menebar kedamaian dalam hidupnya sampai
dia meninggal dunia bahkan sampai dibangkitkan kembali menyongsong fajar
kehidupan yang baru.
Tak ada
seorang pun yang tahu kapan tamu agung itu akan datang. Hanya Allah SWT yang
mengetahui kapan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu akan menghampiri
hambanya. Terlebih, sebagai tamu agung, Lailatul Qadar hanya dianugerahkan
kepada orang-orang yang mendapat taufik dan beramal saleh pada malam itu.
Mengapa begitu? Supaya kita semakin giat mencarinya sepanjang hari, khususnya
pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan.
Prof
Nasaruddin Umar, menambahkan Lailatul qadar itu memiliki banyak makna. Menurut
dia, Lailatul Qadar bisa diartikan secara fisik bahwa betul-betul memang malam
itu ada sesuatu yang istimewa.
Menurut dia,
pada malam itu Malaikat turun berbendong-bondong sangat luar biasa dan hanya
detik itu, menit itu atau jam itu. Adalagi yang memaknai lailatul qadar
simbolis sesungguhnya. Laila artinya malam, malam bisa berarti keheningan,
kesyahduan, kepasrahan, tawakal, kerinduan, kehangatan, termasuk juga
kekhusyukan.
Sebagaimana
banyak dijelaskan dalam berbagai buku sejarah, termasuk Sirah Nabawiyyah,
Lailatul Qadar itu hanya terjadi sekali dalam setahun, yakni hanya pada bulan Ramadhan.
Dan itupun, waktunya tidak ditentukan. Ada yang berpendapat, terjadi di malam
ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Pakar hadis,
Dr Lutfi Fathullah MA mengungkapkan, karena begitu mulianya Laailatul Qadar,
Rasulullah saw mengajak seluruh sahabatnya, istri-istrinya sampai kepada
pembantu-pembantunya untuk memperbanyak ibadah. Karena itu, ketika
istri-istri Rasulullah diminta untuk mencari Lailatul Qadar, Aisyah RA
berkata, Ya Rasulullah bagaimana kalau saya yang mendapatkan? Apa yang harus
saya baca? Minta rumah, minta kekayaan atau minta yang lainnya?
Rasulullah
mengajarkan bacalah, ''Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul
afwa fa'fu anni (Ya Allah Engkalau Yang Maha Pengampun Lagi Maha
Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu karena itu ampunilah
dosa-dosaku).'' Semoga, kita dipertemukan dengan malam Lailatul Qadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar